"Perang
Obor" merupakan salah satu tradisi unik sedekah bumi di Jepara. Tradisi
ini telah turun temurun dan diuru-uri atau dilestarikan hingga sekarang,
tepatnya di Desa Tegal Sambi Kecamatan Tahunan kabupaten Jepara.
Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara acara tradisi itu dikemas menjadi ajang
wisata yang mampu menyedot pengunjung yang cukup banyak. Namun bagi warga Desa
Tegal Sambi ritual ini sebagai upacara tolak balak dan juga ajang syukuran
warga desa sehabis panen padi ,agar tahun-tahun mendatang semua warga masih
mendapatkan rejeki dari yang Maha Kuasa.

Menurut masyarakat setempat, awal
mulanya Perang Obor ini dimulai dari peristiwa atau kisah dari seorang petani
kaya raya bernama Mbah Babadan dan Ki Gembong, berikut asal muasal Perang Obor
:
Dahulu di Desa Tegalsambi Jepara
ada seorang petani kaya raya bernama Mbah Babadan. Petani ini memiliki banyak
sekali hewan ternak. Bahkan, saking banyaknya jumlah ternak yang dimiliki, Mbah
Babadan pun tak mampu memelihara hewan-hewannya itu seorang diri. Akhirnya,
seorang warga bernama Ki Gemblong menawarkan diri untuk memelihara hewan-hewan
ternak Mbah Babadan. Kesepakatan pun dilakukan dan Ki Gemblong mulai memelihara
ternak Mbah Babadan.
Kepandaian Ki Gemblong
memelihara ternak ternyata membuahkan hasil. Dalam waktu singkat hewan ternak
yang dipeliharanya jumlahnya bertambah banyak, bahkan boleh dikata berlipat-lipat
dan badannya gemuk-gemuk. Melihat keberhasilan memelihara
hewan ternak, Mbah Babadan pun sangat gembira. Ia terus-menerus berterimakasih
dan memuji-muji Ki Gemblong.
Pada suatu hari, Ki Gemblong
menggembalakan hewan-hewan ternaknya di tepi sungai. Ki Gemblong tiba-tiba
terkejut karena di sungai itu banyak sekali ikannya. Melihat saking banyaknya
ikan di sungai yang jernih itu, perut Ki Gemblong pun tiba-tiba terasa melilit
lapar. Ki Gemblong pun memakan ikan tersebut dengan cara dibakar. Begitu ikan bakar yang diambil
dari sungai itu dikunyahnya, Ki Gemblong terkejut bukan kepalang. Sebab ikan
yang dimakannya terasa enak sekali. Ki Gemblong pun ketagihan.
Sejak saat itu, tiap hari Ki
Gemblng selalu menggiring ternaknya ke tepi sungai dan ia meninggalkan hewan
ternaknya begitu saja. Ki Gemblong asyik menangkap, membakar dan memakan daging
ikan, sementara hewan ternaknya benar-benar dilupakan. Hingga pada suatu hari,
hewan-hewan ternak yang digembala Ki Gemblong menjadi kurus-kurus bahkan banyak
sekali yang sakit dan kemudian mati.
Peristiwa ini akhirnya
terdengar Mbah Babadan, maka Ki Gemblong pun dipanggilnya untuk menghadap.
Rupanya Mbah Babadan marah melihat ulah Ki Gemblong. Mbah Babadan pun segera
mengambil seikat daun kelapa kering dan membakarnya menjadi obor. Dengan obor
itulah Mbah Babadan berkali-kali memukul kepala Ki Gemblong. Karena merasa
sakit, Ki Gemblong segera bangkit dan melawan dengan obor pula. Ternyata percikan api obor yang
dipukul-pukulkan kedua orang itu ada yang membakar jerami yang ada di kandang. Kandang ternak itu pun akhirnya terbakar dan hewan ternak milik Mbah Babadan
yang sedang sakit dan kurus-kurus lari tunggang langgang ketakutan. Setelah
terbakarnya kandang tersebut selanjutnya sapi-sapi itu menjadi gemuk-gemuk dan
sehat.

(sember:hipwee.com)
Sejak itulah, masyarakat Desa
Tegalsambi yakin bahwa untuk mengusir penyakit perlu dilakukan Tradisi
Obor-Oboran. Prosesi ini masih acap digelar menjadi rangkaian Upacara Sedekat
Bumi Desa Tegalsambi.
Disebut Perang obor karena
warga yang mengikuti ritual ini mengadakan perang ( hantam menghantam ) dengan
menggunakan obor yang dibuat dari pelepah daun kelapa kering dan juga daun
pisang kering. Warga yang mendapat tugas sebagai tentara yang akan berperang
merupakan warga pilihan yaitu harus berani dan tidak takut akan api .Pada pesta
obor tahun ini panitia telah menugaskan 30 warga desa Tegal sambi untuk menjadi
pasukan perang .
Sekretaris Desa Tegal Sambi,
Muhsin, mengatakan bahwa untuk tahun ini, perayaan perang obor tidak diadakan
pada bulan Dhulhijah dalam kalender Jawa atau Arab. Sebab, pada bulan itu cuaca
masih sering hujan dan khawatir saat dilaksanakan perayaan perang obor akan
terjadi hujan

(sumber:kartininews.com)
''Makanya kami mengadakan
tradisi ini pada bulan Mei. Untuk harinya tetap sesuai yang telah dilakukan
sejak dulu, yakni Senin Pahing dan bertepatan tanggal 24 Mei '' katanya
Muhsin mengatakan, tahun ini
panitia prang obor hanya menyediakan 200 gulung pelepah daun kelapa dicampur
daun pisang kering. Ini karena keterbatasan biaya. Maklum, semua bahan untuk
tradisi itu harus didapat dengan membeli. ''Semua bahan untuk obor-oboran ini
kami beli dari Kecamatan Keling. Karena di sana yang masih banyak pohon
kelapanya,'' tuturnya.
Setiap gulung pelepah daun
kelapa dan daun pisang kering itu, diperkirakan senilai Rp 10 ribu. Sehingga
untuk membuat 200 gulung, panitia menghabiskan sekitar Rp 2 juta.
Perang obor ini, merupakan
atraksi budaya yang sudah turun temurun, yang harus dilestarikan. Karena selain
merupakan tradisi budaya daerah, juga sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada
Tuhan atas limpahan anugrah panen kepada masyarakat. Selengkapnya kisah adanya
perang obor ini adalah sebagai berikut:
Perang obor pada malam kemarin
cukup meriah ,selain dihadiri oleh seluruh warga desa ,pejabat dari kabupaten
juga warga sekitarnya ikut menyaksikan kemeriahan perang api ini . Saking
meriahnya kadang api dari obor tersebut memercik ke tubuh pasukan ataupun
penonton yang menjadikan luka bakar ,namun anehnya luka itu dapat tersembuhkan
dengan obat khusus dari ramuan minyak kelapa dan bahan khusus dari desa TegalSambi
cukuphanya dioleskan saja.
” Bagi penonton yang tiba-tiba
kena percikan api jangan takut , luka tersebut dapat disembuhkan dari minyak
khusus yang telah dipersiapkan oleh panitia ,jangan di bawa ke dokter nanti
lama sembuhnya ” , ujar salah satu panitia . (FM)
Sumber : Fatkhul Muin (Panitia Perang Obor)
Labels:
Info Tradisi
0 Komentar untuk ""Perang Obor" Tradisi Sedekah Bumi Khas Tegal Sambi Jepara"